Merdeka! Teriakan yang menggema hampir di seluruh penjuru Indonesia pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya menjadi momentum istimewa untuk mengenang kembali perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh-tokoh nasionalis dan cendekiawan yang sering kita dengar dan baca sejarahnya dalam buku-buku sejarah. Dan, dari sekian banyak pejuang yang berjasa dalam kemerdekaan Indonesia, ada para tokoh ulama muslim dari kalangan habib yang juga cukup fenomenal untuk dikenang. Beliau adalah Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, seorang ulama kelahiran Surabaya 18 Rajab 1324 H atau 7 September 1906 merupakan murid Syaikhuna Kholil bin Abdul Muthalib yang terkenal dengan sebutan Mbah Kholil Bangkalan. Pada tahun 1940, beliau hijrah ke Jakarta dan membuka beberapa majelis ilmu di beberapa daerah, berdakwah dan berjuang menjadi pejuang terdepan untuk memerdekakan Indonesia. Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan yang juga diberi julukan sebagai “gudang ilmu” pada zamannya ini adalah seorang ulama yang ahli dalam berdebat dan orator yang pernah ditangkap pada masa penjajahan Jepang dan Belanda. Salah satu prinsip utama yang beliau pegang adalah “hubbul wathan minal iman” cinta tanah air adalah sebagian dari iman. Ketulusannya untuk memperjuangkan kemerdekaan sama sekali tanpa pamrih. Beliau tidak pernah memikirkan apakah akan dijadikan Pahlawan Nasional atau tidak karena yang dilakukannya semata-mata karena kecintaannya pada Indonesia. Bahkan, setelah Indonesia benar-benar merdeka dan aman, beliau kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al Wafiddin. Beliau juga mencermati dan mengumpulkan sejarah perkembangan Islam di Nusantara. Catatan beliau kemudian ditulis dalam kitab-kitabnya yang selalu menyelipkan judul “ Al-Indunisy” dalam akhir namanya yang tersebar tidak hanya ke seluruh pelosok negeri tetapi juga ke seluruh dunia. Beliau wafat di Jakarta pada 16 Rabiul Awal 1389H atau 1 Juni 1969M dan dimakamkan di kompleks pemakaman Al Hawi, Cililitan Jakarta Timur. –Firdausi-